Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup melemah pada Senin (15/4) karena imbal hasil obligasi naik dan kekhawatiran investor terkait ketegangan di Timur Tengah.
Bank sentral Argentina memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya sejak Javier Milei menjabat Presiden, karena inflasi bulanan mereda meski tingkat suku bunga tahunan masih jauh di atas biaya kredit.
Investor makin waswas menunggu kepastian suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed. Hal ini tercermin penurunan ekspetasi pelaku atas penurunan suku bunga the Fed pada 2024.
Wall Street melemah akibat sentimen penurunan suku bunga bank sentral AS, The Fed yang membuat investor cenderung tidak melakukan pergerakan besar jelang rilis data inflasi AS.
Ketidakpastian ekonomi global telah mendorong investor untuk mengalihkan dananya ke aset safe haven seperti dolar AS dan emas, sehingga berdampak pada volatilitas nilai tukar rupiah.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,41% ke level 15.858 pada perdagangan Kamis (28/3). Pelemahan dipengaruhi kebijakan The Fed dan kondisi geopolitik global.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi harga pasar Surat Berharga Negara (SBN) tenor menengah-pendek dengan jangka waktu 2 - 5 tahun dapat menguat dalam waktu dekat.
Sebagian bank sentral di Asia Pasifik belum memberi sinyal penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Mereka masih menunggu keputusan suku bunga dari The Fed.
Harga emas mencetak rekor tertinggi baru pada Kamis (21/3) didorong prospek pemangkasan suku bunga The Fed. Harga berpotensi meningkat lebih jauh di masa mendatang.
Bank Sentral AS, The Fed, akan tetap pada rencananya untuk memangkas suku bunga selama tiga kali tahun ini, meskipun inflasi AS terbaru menunjukkan angka yang tinggi.
Kenaikan suku bunga bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ) diperkirakan tidak akan berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Sebab, pergerakan nilai tukar masih dipengaruhi oleh dolar AS.