Bank Indonesia berpeluang menaikkan suku bunga di tengah pelemahan rupiah dan suku bunga tinggi. Bahkan, Bank BCA sudah mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan tingkat kepatuhan (compliance) untuk devisa hasil ekspor sumber daya alam sejauh ini sudah cukup baik.
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS semakin diwaspadai oleh pemerintah dan pasar. Sebab, nilai kurs rupiah sudah menyentuh angka Rp 16.237, atau mendekati rekor terburuk Rp 16.800 saat krisis 1998.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai dampak pelemahan rupiah terhadap lonjakan inflasi. Hal ini dipicu oleh situasi global yang berdampak pada ekonomi Indonesia, terutama perdagangan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur BI Perry Warjiyo telah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah akibat konflik Iran-Israel dan Kebijakan suku bunga The Fed.
Sejumlah ekonom memperkirakan pelemahan rupiah akan berdampak pada peningkatan jumlah utang Indonesia. Mereka memperkirakan utang pemerintah bisa mencapai Rp 10 ribu triliun.
Sejumlah ekonom memperkirakan pelemahan rupiah akan berdampak pada peningkatan jumlah utang pemeritah. Karena, kebanyakan utang pemerintah dan kegiatan impor menggunakan mata uang dolar AS.
Berdasarkan hasil uji ketahanan yang dilakukan oleh OJK, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini relatif tidak berdampak signifikan terhadap permodalan bank.
Bank Indonesia mencatatkan jumlah utang luar negeri (ULN) Indonesia meningkat 1,4% yoy menjadi US$ 407,3 miliar atau setara Rp 6.560,8 triliun pada Februari 2024.