Mengenal Tradisi Tatung, Pertunjukan Pawai Ekstrem dari Singkawan

ANTARA FOTO/HS Putra
Ilustrasi, seorang tatung beratraksi saat mengikuti pawai perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Sabtu (8/2/2020).
Penulis: Tifani
Editor: Agung
20/9/2022, 11.05 WIB

Tradisi Tatung merupakan salah satu tradisi langka yang berkembang di kawasan Kota Singkawang. Tradisi Tatung atau yang kerap disebut sebagai Pawai Tatung adalah sebuah tradisi menusuk badan.

Tradisi tusuk badan ini biasanya digelar menjelang perayaan Festival Cap Go Meh hari ke-15 setelah tahun baru Imlek.

Tradisi Tatung dinilai ekstrim lantaran menyajikan atraksi menusuk-nusuk badan dengan benda tajam. Tradisi Tatung dimeriahkan oleh para Tatung, sebutan bagi orang yang menusuk-nusukkan benda tajam ke tubuhnya.

Dalam bahasa Hakka, Tatung adalah orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Dengan menggunakan mantra dan mudra tertentu, roh dewa dipanggil kemudian merasuki raga orang yang dituju.

Perayaan Tradisi Tatung menjadi salah satu pertunjukan yang ditunggu-tunggu masyarakat Singkawang ketika perayaan Cap Go Meh tiba. Dalam pertunjukkan ini, para tatung tidak lagi sadarkan diri.

Mereka telah dirasuki roh halus kemudian mempertontonkan kesaktian mereka berupa kekebalan terhadap benda tajam. Mengenakan pakaian khas Tionghoa, badan hingga pipi para tatung ditusuki benda-benda tajam kemudian mengitari jalan-jalan Kota Seribu Kelenteng ini.

Saat para Tatung ditusuk benda tajam, tidak ada satu pun tatung yang terluka. Mereka memiliki kekebalan tersendiri layaknya pertunjukan debus. Mulai dari pedang, besi, paku, kawat, hingga pisau dihunuskan ke tubuh para tatung selama gelaran Tradisi Tatung ini.

Cikal Bakal Kehadiran Tradisi Tatung di Singkawang

Dalam buku "70 Tradisi Unik Suku Bangsa Indonesia", Tradisi Tatung bermula dari kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara 4 abad silam. Khususnya suku Khek atau Hakka, dari Cina Selatan ke Pulau Borneo, sebutan untuk Kalimantan.

Sultan Sambas penguasa Singkawang kala itu kemudian mempekerjakan masyarakat pendatang itu di pertambangan emas di Montedaro. Bertahun-tahun mereka tinggal di perkampungan di Kalimantan Barat.

Suatu ketika, masyarakat setempat terserang wabah penyakit. Kala itu, warga meyakini wabah penyakit disebabkan adanya roh jahat. Karena belum ada pengobatan kedokteran modern di sana, masyarakat Tionghoa pendatang itu kemudian mengadakan ritual tolak bala.

Ritual ini, dalam bagasa Hakka disebut Ta Ciau. Ta Ciau ini lah yang menjadi cikal bakal tradisi Tatung di Singkawang.

Dalam perayaan Cap Go Meh, Tradisi Tatung bertujuan sebagai ritual pencucian jalan untuk membersihkan segala kesialan dan roh jahat yang ada di seluruh kota. Jadi, ketika perayaan Cap Go Meh, para Tatung berkeliling ke jalan-jalan yang ada di Kalimantan Barat, khususnya kota Singkawang.

Halaman: