Profesor Harvard Ingatkan Utang Luar Negeri Indonesia

Image title
Oleh
23 September 2014, 16:24
rupiah dolar arief.jpg
Arief Kamaludin|KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin

KATADATA ? Guru Besar Harvard University Carmen M Reinhart mengingatkan Indonesia untuk berhati-hati terhadap risiko utang luar negeri. Terutama dengan kebijakan The Fed yang akan menaikkan suku bunganya akan memberikan potensi keluarnya dana asing.

Menurut dia dengan mengurangi rasio utang luar negeri, hal itu akan menekan kebutuhan negara akan dolar. "Terutama saat pasar uang di Amerika lebih menarik karena suku bunga acuannya naik," ujar dia yang diselenggarakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Selasa (23/9).

Dalam seminar bertajuk "Boom Bust Cycle: Lesson, Implications adan Selected Global Trends, Carmen menjelaskan selama ini penyebab utama krisis dalam beberapa dekade adalah rasio utang yang tinggi. Meski sebagian besar krisis tidak disebabkan utang swasta yang berlebihan, namun pada kenyataannya utang di beberapa negara didahului utang swasta yang sama-sama naik. 

Pemerintah, lanjutnya, perlu mengurangi risiko sistemik dari volatilitas nilai tukar. Hal itu bisa ditempuh dengan menerapkan kebijakan Loan to Value (LTV), membatasi pertumbuhan kredit, dan menerapkan kebijakan pengurangan utang. Untuk menumbuhkan ekonomi pemerintah harus fokus mengembangkan sektor industri dan keuangan dan menjaga seluruh aliran dana. 
"Pemerintah juga harus fokus menjaga jenis aliran dana masuk yang ingin dipertahankan, seperti modal, investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI) atau portfolio," katanya.

Masalah utang luar negeri ini juga menjadi perhatian pemerintah dan Bank Indonesia. Berdasarkan data BI, utang luar negeri akhir Juli 2014 tercatat US$ 290,6 miliar atau meningkat 10 persen dibanding Juli 2013.

Posisi utang luar negeri itu berasal dari sektor publik sebesar US$ 134,2 miliar (46,2 persen dari total utang luar negeri) yang meningkat 6,8 persen (YoY). Sisanya, utang luar negeri sektor swasta US$ 156,4 miliar (53,8 persen dari total utang luar negeri), meningkat 12,9 persen (YoY).

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan saat ini pemerintah berusaha mengurangi utang luar negeri sebagai langkah antisipasi dari kebijakan The Fed. Menurutnya langkah ini juga perlu dibarengi dengan kebijakan moneter agar investor asing tetap menanamkan modal modalnya di Indonesia. 
"Hal yang bisa dipelajari dari krisis ekonomi yaitu volatilitas nilai tukar yang tinggi, dan peningkatan utang. Untuk itu kami akan kurangi utang luar negeri ini," kata Chatib.

Reporter: Redaksi
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...